Ketertarikan generasi muda Indonesia terhadap politik masih rendah. Dikutip dari Dataindonesia.id, berdasarkan riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS), minat anak muda untuk ikut dalam partai politik sangat rendah.
Hanya 1,1% anak muda yang saat ini bergabung dengan partai politik. Hal tersebut tentu tidak luput dari isu-isu yang beredar terkait ekosistem politik di Indonesia yang seringkali dinilai penuh dinamika dan memiliki citra yang kurang positif. Benarkah demikian?
Dalam podcast originalnya di aplikasi Noice yang berjudul ‘Tsama Dengan’, Tsamara Amany, politisi perempuan muda yang hingga kini aktif membahas isu-isu perempuan dan politik di media sosialnya, berbincang dengan Rian Ernest, sesama politisi muda dan membahas pengalaman mereka selama mengarungi dunia politik Indonesia.
“Jangan berpolitik dari muda karena teman-teman muda yang masuk ke sistem politik tanpa pengalaman dan credentials, akan diragukan meskipun berpotensi,” ungkap Rian ketika menceritakan tantangan yang dihadapinya di awal berkecimpung dalam dunia politik. Banyak sekali anak muda, terjun ke politik untuk pertama kalinya dan melihat partai sebagai kendaraan untuk bereksplorasi.
Dari percakapan tersebut Tsamara menanyakan kepada Ernest, “Bisakah seorang politisi muda meng-explore banyak partai dulu (sebelum settle di satu partai)?” Rian menyatakan bahwa melihat budaya politik di Indonesia, seorang politisi tidak disarankan untuk pindah-pindah partai, tetapi ketika sudah tidak mempunyai kepercayaan atau value terhadap partai yang diusungnya, salah satu caranya adalah untuk melakukan perubahan di partai tersebut secara internal. Karena realitanya, membuat partai baru sangat mahal dan prosesnya tidak mudah.
Selain itu, Tsamara dan Rian juga membahas tentang kemampuan apa saja yang harus dimiliki seorang politisi. Dari percakapan mereka, dapat disimpulkan bahwa hal yang paling penting adalah kemampuan untuk bisa berkompromi dan tidak boleh menembus garis batas yang mereka buat untuk diri mereka sendiri.
Sebagai contoh, Rian mengatakan “Garis batasan saya adalah tidak main agama dalam berpolitik, dan jangan jadikan agama sebagai alat kemenangan untuk berpolitik karena itu adalah hubungan intim saya dengan sang pencipta. Yang kedua, pastinya adalah tidak menggunakan politik untuk memperkaya diri.”
Dari data yang ada, penduduk Indonesia terbilang cukup apatis terhadap dunia politik. Isu tersebut sudah lama beredar di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Rian mengatakan ”Seharusnya politisi adalah profesi yang melayani masyarakat, tetapi di Indonesia, masyarakat belum melihat itu dan alasan mereka valid juga.” Tsamara juga beropini bahwa masyarakat Indonesia cenderung masih belum punya pemikiran rasional dan terkadang masih emosional untuk memilih calon anggota politik.
Di akhir podcast, keduanya berbagi cerita tentang bagaimana caranya untuk menilai politisi dengan cara yang adil, yakni dengan melihat langsung kredibilitas dari politisi tersebut, apakah Ia cukup konsisten dan responsif? “Bukan terima kertas aduan doang, tapi turun ke lapangan juga.” tegas Rian.
Obrolan Tsamara Amany dan Rian Ernest berjudul ‘Apakah Jadi Politisi Udah Pasti Kotor’ bisa didengarkan langsung di podcast ‘Tsama Dengan’ eksklusif di aplikasi Noice atau dengan meng-klik link ini.
Podcast ini merupakan podcast monolog Tsamara, yang membahas tentang kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, hak publik dan politik, hingga kebebasan untuk bersuara dengan lantang di hadapan publik.