Sutan Sjahrir – Banyak orang mengenal Sutan Sjahrir sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Namun, peran seperti apa yang dijalankannya? Ketika mendapat pertanyaan seperti itu, sebagian besar orang bakal menjawab kalau mereka punya pengetahuan yang sangat minim terkait sosok ini.
Padahal, kamu perlu tahu kalau peran Sutan Sjahrir dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangat krusial. Tidak hanya itu, dia juga menunjukkan kerja keras dalam upaya mempertahankan kedaulatan bangsa. Namun, tahukah kamu kalau detik-detik kematiannya ternyata sangat tragis?
Untuk mengetahui secara lebih jelas tentang kisah perjalanan Sjahrir, simak artikel ini, yuk!
Baca juga: Negara yang Tidak Dijajah Bangsa Lain, Semuanya di Asia
Profil Singkat Sutan Sjahrir
Sjahrir lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909. Dia lahir dari keluarga berada. Ayahnya merupakan penasehat Sultan Deli serta merupakan landraad atau kepala jaksa yang bertugas di Kota Medan bernama Mohamad Rasad. Sementara, ibunya bernama Puti Siti Rabiah.
Karena latar belakang keluarganya yang relatif berada, Sjahrir mampu memperoleh pendidikan berkualitas sejak dini. Dia menjalani pendidikan di sekolah dasar (ELS) serta menengah (MULO) terbaik di wilayah Medan. Setelah itu, dia juga melanjutkan ke sekolah menengah atas (AMS) di Bandung.
Selama pendidikan sekolah, Sjahrir aktif dalam kegiatan organisasi, termasuk di antaranya adalah Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia. Dia pun menjalankan berbagai kegiatan pementasan yang kemudian uangnya dipergunakan untuk pendanaan sekolah khusus anak-anak tak mampu miliknya bernama Tjahja Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat).
Tak hanya mempunyai kepedulian terhadap dunia pendidikan, kamu juga akan menjumpai peran Sutan Sjahrir dalam peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Sjahrir merupakan satu dari 10 pemuda yang menggagas pendirian Jong Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia. Kelompok inilah yang menjadi inisiator pelaksanaan Sumpah Pemuda.
Pada 1929, Sjahrir meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi di Belanda, yakni Fakultas Hukum Universitas Leiden. Dia pun aktif terlibat dalam aktivitas politik kemahasiswaan di sana. Bahkan, dia juga menjalin hubungan dekat dengan Bung Hatta selama di Belanda.
Tahun 1931, Sutan Sjahrir kembali ke tanah air, gabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI Baru). Bersama Bung Hatta, Sjahrir menjadikan PNI Baru sebagai organisasi yang mencetak kelahiran para kader pergerakan. Karena khawatir dengan keberadaannya, pada 1934 Belanda kemudian mengasingkan Sjahrir dan Hatta ke Banda Neira.
Peran dan Perjuangan Sutan Sjahrir dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Sutan Sjahrir mempunyai peran penting dalam proses deklarasi kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu:
1. Mengetahui Kabar Kekalahan Jepang
Sebuah peristiwa penting terjadi 2 hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, yaitu kekalahan Jepang. Namun, kabar kalau Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tak banyak diketahui oleh orang-orang Indonesia. Sjahrir adalah orang yang pertama kali mendengarnya.
Saat itu, Jepang melakukan berbagai upaya untuk membatasi penyebaran berita terkait kekalahannya. Oleh karena itu, mereka pun berupaya untuk melakukan pelarangan siaran radio. Namun, siapa yang menyangka kalau Sjahrir mengetahui kabar itu setelah mendengarkan siaran radio luar negeri secara sembunyi-sembunyi.
Setelah mendengar berita mengejutkan itu, Sjahrir sempat memberitahukannya kepada Bung Hatta. Namun, Bung Hatta ternyata menganggap kalau kabar tersebut hoax. Hatta pun memilih untuk menunggu kepastian berita kekalahan Jepang dari Sekutu tersebut.
2. Berperan Aktif dalam Melakukan Penculikan Soekarno Hatta
Dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI, golongan muda mempunyai andil besar, termasuk di dalamnya adalah Sjahrir. Mereka mendesak kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memanfaatkan momen kekalahan Jepang dan memproklamasikan kemerdekaan.
Permintaan tersebut mendapat penolakan dari Soekarno dan Hatta. Keduanya lebih memilih untuk melaksanakan proklamasi lewat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk dengan bantuan Jepang.
Sjahrir dan para golongan muda kemudian memilih pendekatan secara ekstrem. Mereka menculik Soekarno dan Hatta, lalu mengasingkan keduanya ke Rengasdengklok. Selama proses pengasingan, para pemuda mendesak keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, paling lambat pada 17 Agustus 1945.
Karena desakan secara terus-menerus dari Sjahrir serta para golongan muda, Soekarno memilih untuk menyetujui permintaan tersebut. Keduanya pun dipulangkan ke Jakarta dan akhirnya melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.
Kiprah Sutan Sjahrir Setelah Indonesia Merdeka
Peran Sutan Sjahrir tak hanya bisa kamu temukan pada sejarah sebelum kemerdekaan. Dia juga punya andil besar dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Beberapa kiprah tersebut di antaranya adalah:
1. Perdana Menteri Pertama Indonesia
Setelah berhasil memproklamasikan kemerdekaan, Soekarno dan Hatta masing-masing didapuk sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Selain itu, kinerja keduanya dibantu oleh Sutan Sjahrir yang memiliki jabatan sebagai Perdana Menteri.
Keberadaan Sjahrir sebagai Perdana Menteri Indonesia merupakan perwakilan dari Partai Sosialis Indonesia (PSI). Pada zaman tersebut, PSI mempunyai reputasi sebagai tempat berkumpulnya orang-orang terpelajar.
Hanya saja, peran Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri berlangsung sangat singkat. Dia menempati jabatan ini hanya selama 3 tahun, dari 1945 sampai 1947. Dalam jangka 3 tahun, Sjahrir telah melakukan perombakan sistem kabinet sebanyak 3 kali, mulai dari Sjahrir I, Sjahrir II, hingga Sjahrir III.
2. Menjadi Korban Penculikan
Pada masa pemerintahan Sjahrir, terdapat gejolak politik yang luar biasa. Apalagi, saat itu Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan. Kabinet Sjahrir II memperjuangkan pengakuan kedaulatan atas wilayah Jawa dan Madura. Sementara itu, kelompok oposisi Persatuan Perjuangan menginginkan kedaulatan secara penuh.
Pada 26 Juni 1946, kelompok Persatuan Perjuangan melakukan aksi penculikan terhadap Sjahrir. Penculikan ini dipimpin oleh Mayor Jenderal Soedarsono. Dalam peristiwa tersebut, kelompok oposisi juga menculik 14 pimpinan sipil lain.
Proses penculikan ini berlangsung sampai tanggal 1 Juli 1946. Peristiwa ini pun membuat Presiden Soekarno marah besar. Akhirnya, pemerintah pun melaksanakan penangkapan terhadap otak penculikan. Mayjen Soedarsono pun berhasil ditangkap pada 3 Juli 1946.
Akhir Kehidupan Sjahrir
Kisah tragis kehidupan Sjahrir bermula ketika PSI tak berhasil memperoleh banyak suara pemilu pada 1955. Dia pun menjadi tahanan politik pada rentang 1962-1965 karena dugaan PSI terlibat dalam pemberontakan PRRI. Proses penangkapan tersebut berlangsung tanpa melalui pengadilan.
Selama dipenjara, Sjahrir sempat terkena serangan stroke. Pemerintah pun sempat memberi izin kepadanya untuk menjalani pengobatan ke Zurich Swiss. Akhirnya, Sjahrir wafat pada 9 April 1965 dan selang beberapa lama dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Baca juga: Rekomendasi Buku Sejarah yang Menguak Fakta Menarik Masa Lalu
Mendengar kisah perjalanan hidup seorang Sutan Sjahrir ternyata sangat menarik, kan? Kamu pun bisa mendengarnya secara lebih lengkap lewat audiobook Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil di Noice.Tak hanya audiobook sejarah kisah hidup Sjahrir. Noice juga menawarkan banyak konten audio yang tak kalah menarik lain. Yuk, segera download Noice di AppStore dan PlayStore. Gratis, lho!
Ide Pokok “Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil”