Sejarah Puasa Ramadhan – Sebagai umat Islam, kamu perlu mengetahui tentang sejarah puasa Ramadhan. Hal ini dilakukan supaya kamu lebih memahami makna dari puasa itu sendiri. Berbekal pengetahuan tersebut, kamu bisa menjalani ibadah dengan lebih khusyuk dan termotivasi menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Puasa sendiri berasal dari bahasa Arab. Istilah puasa dikenal dengan sebutan shiyam atau shaum yang bermakna menahan diri. Puasa Ramadhan merupakan rukun Islam ketiga yang dihukumi wajib. Artinya setiap muslim yang memenuhi syarat puasa, wajib melaksanakannya.
Perlu diingat bahwa ibadah puasa bukan sekadar menahan diri dari haus dan lapar, melainkan juga seluruh hal yang berpotensi membatalkan puasa. Selama puasa dari azan subuh hingga azan magrib, kamu dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan terpuji.
Sejarah Puasa Sebelum Kedatangan Islam
Puasa Era Nabi Adam
Ibadah puasa ternyata sudah ada sejak manusia pertama kali menginjakkan kakinya di muka Bumi, yakni saat diturunkannya Nabi Adam AS dari Surga karena melanggar perintah Allah SWT.
Saat pertama kali berada di Bumi, kulit dari Nabi Adam seketika terbakar oleh panasnya matahari dan langsung menghitam. Kemudian malaikat Jibril pun mendatanginya dan bertanya, “Wahai Adam, maukah tubuhmu cerah kembali?”
“Tentu saja,” jawab Nabi Adam.
Malaikat Jibril melanjutkan, “Maka berpuasalah engkau pada tanggal 13, 14, dan 15.”
Nabi Adam pun kemudian melaksanakan puasa pertama sesuai yang diperintahkan. Pada hari pertama, sepertiga dari tubuhnya mulai memutih. Pada hari kedua, dua pertiga dari tubuhnya kembali memutih. Kemudian pada hari terakhir, tubuh Nabi Adam AS memutih seluruhnya.
Dalam Tafsir al-Tsa‘labi, (Beirut: Daru Ihya al-Turats, Cetakan I, 2002, Jilid 2, h. 62), disebutkan bahwa ini merupakan sejarah dari puasa ayyamul bidh atau puasa “hari-hari putih”.
Puasa Era Nabi Nuh
Nabi Nuh AS dan umatnya juga menjalani ibadah puasa saat berada di dalam bahtera, bahkan saat berlabuh pun Nabi Nuh AS dan umatnya berpuasa. Seperti yang dijelaskan juga dalam tafsîr al-Thabari.
Disebutkan bahwa Nabi Nuh AS dan umatnya mulai menaiki bahtera di awal bulan Rajab, kemudian berlayar sampai 6 bulan lamanya. Selama di dalam bahtera, Nabi Nuh AS memerintahkan umatnya untuk berpuasa.
Hingga akhirnya Nabi Nuh AS dan umatnya pun berlabuh di Gunung Judi pada bulan Muharram, bertepatan dengan hari ‘Asyura. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, Nabi Nuh AS pun langsung berpuasa dan memerintah umatnya serta hewan bawaan untuk ikut berpuasa.
Puasa 10 Muharram Yahudi
Bani Israil atau umat Yahudi yang dipimpin oleh Nabi Musa AS pun menjalankan ibadah puasa secara rutin. Puasa yang senantiasa mereka kerjakan adalah puasa 10 Muharram atau Puasa ‘Asyura.
Pernah suatu ketika, saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau melihat umat Yahudi yang berpuasa di tanggal 10 Muharram atau Hari ‘Asyura. Rasulullah kemudian bertanya mengapa mereka berpuasa, “Hari apa ini?”
“Ini hari yang agung dimana Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan bala tentara Fir‘aun. Maka kaum Yahudi pun puasa sebagai wujud syukur,” ucap salah satu umat Yahudi.
Sejak itu, Rasulullah SAW mulai berpuasa ‘Asyura diikuti dengan para sahabat dan pengikutnya. Hal tersebut pula yang menjadikan Hari ‘Asyura sebagai hari wajib puasa sebelum Ramadhan diwajibkan.
Puasa Nabi Daud
Suatu hari, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang laki-laki terkait puasa. Dia bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu tentang orang yang berpuasa satu hari dan berbuka satu hari?”
Beliau pun menjawab, “Itu adalah puasanya saudaraku, Daud AS”. Bahkan, ada di dalam hadits lain bahwa Rasulullah pernah bersabda,
أَفْضَلُ الصَّوْمِ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Artinya: “Sebaik-baiknya puasa adalah puasa saudaraku, Daud AS. Ia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari, (H.R. Ahmad).”
Jika kita melihat hadits di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwasanya Nabi Daud AS juga mempunyai kebiasaan puasanya sendiri yang kemudian disunnahkan kepada umat Islam oleh Rasulullah SAW sebagaimana puasa ‘Asyura dan puasa Ayyamul Bidh.
Puasa Ramadhan Umat Nasrani
Sebelum umat Islam, umat Nasrani ternyata sudah lebih dahulu melaksanakan puasa Ramadhan. Sebagaimana dikutip oleh at-Thabari dari Musa ibn Harun, dari ‘Amr ibn Hammad, dari Asbath, dari al-Suddi, bahwasanya kaum Nasrani diwajibkan tidak makan dan minum setelah tidur serta bergaul suami-istri selama bulan Ramadhan.
Akan tetapi, hal tersebut ternyata cukup memberatkan umat Nasrani. Untuk menyiasatinya, mereka pun sepakat buat memindahkan waktu puasa sesuai dengan musim, tepatnya di pertengahan musim panas dan musim dingin. Kemudian untuk menebusnya, umat Nasrani menambah puasa sebanyak 20 hari hingga total mereka berpuasa sebanyak 50 hari.
Lalu atas izin Allah SWT yang Maha Pemurah, Allah SWT pun meringankan puasa dengan membolehkan makan-minum dan bergaul suami-istri sampai tiba waktu fajar.
Baca Juga: Pengertian Puasa, Tujuan, Jenis, Syarat, dan Ketentuannya
Podcast “Berbeda Tapi Bersama”
Sejarah Puasa Ramadhan
Menurut hadis riwayat Mu’adz bin Jabal, sejarah puasa di bulan Ramadan bermula setelah Rasulullah Saw rutin melaksanakan ayyamul bidh, puasa tiga hari setiap bulan. Selain puasa tiga hari, Rasulullah Saw dan sahabat terbiasa berpuasa Asyura di tanggal 10 Muharam hingga datang perintah mengenai kewajiban berpuasa di bulan Ramadan.
Puasa Ramadan diperintahkan untuk menggantikan puasa Asyura. Meskipun demikian, Rasulullah tetap memperbolehkan umat Islam yang ingin berpuasa Asyura. Puasa Asyura dihukumi sunah yang akan menambah pahala apabila dilakukan dan tidak berdosa apabila tidak dilaksanakan.
Singkatnya, kapan puasa itu mulai diwajibkan yakni sekitar 10 Syakban tahun kedua hijriah atau sekitar 624 Masehi. Perintah puasa Ramadhan tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Ketika wahyu turun, Rasulullah Saw dan sahabat sedang membangun pemerintahan baru di Madinah.
Puasa Ramadhan merupakan perintah yang memiliki makna mendalam. Puasa dapat membentuk karakter manusia sehingga lebih mudah menerima serta melaksanakan tugas besar. Selain itu, puasa juga mendorong manusia untuk hidup lebih teratur, sehat, dan dekat dengan Allah Swt. Perintah puasa Ramadan juga datang bersamaan dengan perintah pelaksanaan salat Id, zakat fitrah, serta kurban.
Menariknya, bulan Ramadan juga bisa dilihat dari fenomena alam sebagaimana hadits riwayat Ibnu ‘Umar Ra yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Apabila kalian melihat hilal Ramadan, berpuasalah. Jika kalian melihat hilal Syawal, berbukalah (berhari raya). Jika hilal tidak tampak, genapkan bulan Syakban.”
Menurut tafsir hadis tersebut, apabila langit berawan sehingga menyebabkan bulan tertutup, tandanya bulan Syakban harus digenapkan menjadi 30 hari. Setelahnya, umat Islam bisa menyambut datangnya bulan suci Ramadan yang agung dan penuh berkah. Hadits tersebut juga memiliki informasi bahwa puasa Ramadhan dilaksanakan oleh umat Islam selama 29 atau 30 hari jika hilal Syawal belum nampak.
Meskipun singkat, sejarah puasa Ramadhan memiliki makna mendalam yang menjadi wujud keimanan, ketakwaan, dan pengabdian seorang hamba terhadap perintah Tuhannya.
Kendati demikian, hingga kini belum diketahui pasti alasan puasa diwajibkan pada bulan Ramadan dan bukan bulan lainnya. Namun, tak sedikit umat Islam yang meyakini bahwa bulan Ramadan dipilih karena istimewa dan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an pertama kali. Tepatnya pada 17 Ramadan atau dikenal sebagai peringatan Nuzululquran.
Keutamaan Puasa Ramadhan
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, “Setiap amal perbuatan manusia berupa kebaikan, pahala akan dilipatgandakan sepuluh kali hingga tujuh ratus kali lipat.” Allah Swtjuga berfirman, “Sesunggungnya puasa adalah untukku dan Aku memberikan balasannya.”
Menurut tafsir hadis tersebut, orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan di waktu berbuka dan ketika menemui Allah Swt. Selain ini, masih banyak keutamaan ibadah puasa Ramadan, di antaranya:
- Menghapus Dosa Lalu – amalan ibadah puasa Ramadan dapat menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu atas izin Allah Swt.
- Doa Lebih Mudah Terkabul – Allah Swt tak segan mengabulkan doa orang-orang yang melaksanakan puasa Ramadan.
- Pahala Berlipat – Allah Swt menjanjikan pahala berlipat ganda bagi orang-orang yang melaksanakan puasa dengan niat dan ikhlas hanya karena Allah Swt.
- Melindungi Diri – puasa adalah perisai diri dari hal-hal buruk yang mendatangkan dosa.
- Terbukanya Pintu Ar-Royyan – Ar-Royyan adalah pintu surga bagi orang-orang yang gemar berpuasa hanya karena mengharap rida Allah Swt.
- Melembutkan Hati – mengingat puasa mengharuskan seseorang menahan diri dari hawa nafsu termasuk emosi, secara tidak langsung hal ini membuat hati yang keras menjadi lembut.
- Mengasah Empati – puasa juga mengasah rasa empati terhadap sesama makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.
- Lailatulqadar – setiap orang berpeluang mendapatkan keistimewaan Lailatulqadar yang hanya ada di bulan Ramadan, tepatnya 10 hari terakhir.
Tata Cara Puasa Ramadhan
Adapun tata cara melaksanakan puasa Ramadan, sebagai berikut:
Waktu Sahur
Sahur merupakan waktu untuk mengisi perut sebelum menahan haus dan lapar hingga waktu berbuka. Ketika kamu melaksanakan sahur, Allah Swt akan memberikan keberkahan. Makan sahur sebaiknya dilakukan secukupnya dan ditutup dengan niat berpuasa.
Waktu Puasa
Setelah azan subuh berkumandang, kamu tidak diperkenankan untuk menyantap makanan dan minuman serta melakukan hal yang dianggap sebagai pembatal puasa. Selama berpuasa, kamu masih bisa beraktivitas. Di waktu istirahat siang atau menuju magrib, disarankan untuk memperbanyak amalan terpuji.
Waktu Berbuka
Sesuai namanya, waktu ini merupakan waktu untuk membatalkan puasa. Ketika azan magrib berkumandang, kamu disunahkan untuk menyegerakan berbuka. Pastikan untuk membaca doa berbuka. Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis lebih dulu. Kamu bisa berbuka dengan sebutir kurma dan air putih kemudian dilanjutkan dengan makan utama atau melaksanakan salat magrib terlebih dahulu.
Baca Juga: Catat! Ini Menu Sehat Puasa Untuk Sahur dan Berbuka
Demikianlah informasi mengenai sejarah puasa Ramadhan yang bisa kamu jadikan pengetahuan. Kalau kamu menyukai kisah menarik dan seru lainnya, jangan ragu mendengarkan podcast, audiobook, atau radio online di Noice.
Kamu bisa unduh dan instal aplikasi Noice di PlayStore atau AppStore. Tak hanya itu saja, kamu juga bisa mendengarkan podcast agama dan spiritual via web player Noice. Yuk, tambah ilmu bersama Noice!