Rangkuman Buku Homo Deus – Beberapa waktu lalu, Homo Deus menjadi ramai diperbincangkan terutama di jagat kawula muda. Hal tersebut bermula saat salah satu pengguna membuat cuitan di Twitter mengenai betapa terlihat “berbobotnya” seseorang jika berdiskusi mengenai buku ini, terutama pada saat pendekatan dengan lawan jenis. Beberapa orang pun mendadak banyak yang latah mencari rangkuman buku karya sejarawan asal Israel ini.
Namun, popularitas Homo Deus—a Brief History of Tomorrow sudah terjadi sejak beberapa tahun sebelumnya. Begitu dirilis pada 2015 dan diterjemahkan ke bahasa Inggris (dan beberapa bahasa lainnya), sekuel dari Homo Sapiens ini sukses menarik perhatian dunia.
Pasalnya, buku ini akan membantu pembaca untuk lebih merefleksi diri tentang kehadiranmu sebagai manusia di dunia dan mempertanyakan beberapa hal-hal yang barangkali selama ini kamu anggap “biasa saja” selama ini. Homo Deus menguak perjalanan serta masa depan manusia.
Kalau kamu tertarik dengan nonfiksi-sejarah dan kisah-kisah tentang peradaban manusia, tetapi belum sempat membaca Homo Deus, berikut adalah rangkuman buku yang masuk dalam The New York’s Best Sellers berikut bisa jadi trailer yang menarik.
Mengapa Manusia Menganggap Dirinya Istimewa
Salah satu alasan mengapa Homo Deus menjadi New York Best Seller Book dan masuk ke dalam berbagai daftar rekomendasi buku yang harus dibaca adalah karena mampu membuat pembaca menjadi lebih kritis.
Selama ini, apakah kamu menganggap dirimu lebih istimewa—terutama dibandingkan makhluk hidup lainnya? Apakah kamu menganggap bahwa dirimu lebih baik daripada binatang? Sebagian besar—kalau tidak bisa dibilang semua—manusia akan berpikir dan merasa demikian meski seringnya tanpa benar-benar disadari. Mereka tidak benar-benar memahami apa yang membuat mereka begitu istimewa.
Di berbagai rangkuman buku ini yang ditulis oleh banyak pembaca, kamu akan menemukan bahwa hal tersebut sebenarnya tidak salah—fakta berabad-abad menunjukkan bahwa hal ini memang tidak terelakkan. Setelah tidak lagi menjadi pemburu pengumpul, manusia mulai menjadikan hewan sebagai ternak—bersamaan dengan masa bercocok tanam. Kini pun, lebih dari 90% hewan besar dijinakkan yang akhirnya membuat hewan-hewan tersebut menderita.
Seringnya, manusia menganggap diri lebih baik daripada hewan karena adanya jiwa kemanusiaan yang dimiliki. Kaum monoteis pun beranggapan bahwa jiwa inilah yang membuat manusia unik. Di sisi lain, anggapan bahwa manusia lebih superior dibandingkan makhluk lainnya perlu dan sebaiknya bisa ditinjau berdasarkan kemampuan manusia untuk bekerja sama dalam skala besar.
Baca Juga: Rangkuman Buku Sapiens, Cerita Tentang Sejarah Manusia
Ancaman Runtuhnya Kekuasaan Manusia
Pembahasan lain yang selalu ada dalam rangkuman buku Yuval Noah Harari ini adalah mengenai ancaman runtuhnya kekuasaan manusia di masa mendatang—yang mulai kerap terlihat di hari-hari ini.
Sesungguhnya, di satu sisi peradaban manusia telah menunjukkan kemajuan yang jauh lebih baik dibandingkan pada masa lampau. Manusia telah berhasil menekan risiko dan ancaman yang pada abad pertengahan selalu menghantui: kelaparan, wabah, dan perang. Tiga hal tersebut kini memang sayangnya masih terjadi, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit.
Di sisi lain, “kemajuan” ini juga menimbulkan dampak tersendiri. Kamu dapat menemukannya di berbagai artikel, jurnal ilmiah, rangkuman buku ilmiah atau sejarah, dan lain sebagainya. Jika dulu manusia terancam mati karena sulit memenuhi kebutuhan pangan, maka kini manusia terancam mati karena obesitas dan diabetes—dua jenis penyakit dengan proporsi cukup besar sebagai penyebab kematian.
Liberalisme adalah Agama
“Liberal” menjadi istilah yang makin luas. Makin banyak pula individu yang melabeli dirinya sebagai seorang liberal. Meski tidak seutuhnya menyadari, liberalisme pun menjadi agama yang erat diamini.
Sejak awal ‘70-an, liberalisme telah menyebar ke seluruh dunia ke Asia dan Amerika Latin, lalu terus meluas ke dataran negara lainnya sebagaimana yang telah banyak diceritakan dalam berbagai rangkuman buku sejarah. Gerakan revolusioner pun pada dasarnya berakar dari paham liberal—termasuk gerakan occupy Wall Street yang menuntut pasar yang benar-benar bebas. Sekalipun beberapa sulit menerima, nyatanya hingga kini pun sesungguhnya tidak ada doktrin alternatif selain liberalisme.
Namun—kembali ke awal, bagaimana liberalisme dapat menjadi agama manusia modern? Manusia modern merasa bahwa pengalaman manusia (humanisme) lah yang memberi makna, bukan dari Tuhan. Untuk memperoleh makna tersebut, tiap orang pun harus benar-benar melihat ke dalam dirinya sendiri.
Humanisme mempunyai bermacam-macam bentuk karena tidak ada satu versi yang dapat mencakup seluruh solusi. Mereka pun mengamini bahwa setiap orang mempunyai pengalaman yang setara.
Teknologi Sebagai Ancaman Riil
Kamu pastilah dapat menyaksikan sendiri bagaimana teknologi memegang peranan dalam kehidupan manusia. Bahkan, sebagian manusia justru telah dikendalikan oleh teknologi dan seolah hal tersebut merupakan sebuah kelaziman. Karena ingin segala sesuatunya lebih cepat dan efisien, manusia terus mengembangkan teknologi dan seolah menggantungkan segala sesuatunya dengan teknologi.
Algoritma menjadi ancaman nyata bagi peradaban manusia. Seni yang dulu dinilai sebagai hal yang tak dapat “dirusak” teknologi, kini telah terbantahkan. Ilmuwan bahkan telah dapat membuat pankreas buatan untuk penderita diabetes menggunakan berbagai macam sensor.
Pada akhirnya, manusia dihadapkan pada dua pilihan: melawan atau membiarkan algoritma menang. Bergabung dengan teknologi—techno humanisme—adalah alternatif yang dapat menjadi jalan keluarnya. Namun, techno humanisme juga perlu diimbangi dengan empati agar tak kehilangan sisi manusiawi.
Baca Juga: Rangkuman Buku A History of God: Sejarah Pencarian Tuhan Berbagai Agama
Rangkuman buku Homo Deus ini hanyalah sebagian kecil dari “daging” pembahasan yang akan kamu peroleh saat membaca bukunya langsung. Kamu akan menemukan lebih banyak detail mengenai upaya manusia menjadi “Tuhan”, bagaimana kebahagiaan menjadi proyek yang hingga kini masih belum benar-benar tercapai, cara manusia untuk mencapai keabadian, dan masih banyak lainnya.
Kamu bisa menyimak lebih banyak detail buku ini kapan saja dan di mana saja melalui audiobook Homo Deus di Noice. Cukup download gratis aplikasi Noice di AppStore dan PlayStore, kamu dapat menyibak bagaimana peradaban manusia di masa depan dari sudut pandang sejarawan hebat dengan lebih nyaman.