Islam Kejawen – Bagi masyarakat Jawa, Islam kejawen memiliki nilai kebudayaan, filosofis, dan antropologis sekaligus. Kepercayaan yang berakar sejak zaman nenek moyang ini juga menjadi bagian dari kepribadian bangsa Indonesia yang memiliki sisi menariknya tersendiri.
Di sini, kamu bisa cari tahu lebih jauh apa yang dimaksud dengan kejawen dan macam-macam Islam kejawen yang berkembang. Pahami pula konsep ketuhanan yang diajarkan serta proses bagaimana kepercayaan ini menyebar di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jawa.
Baca juga: Daftar Gunung Paling Angker di Indonesia
Memahami Filosofi Islam Kejawen
Apa Itu Islam Kejawen?
Kejawen dalam arti harfiah bermakna kepercayaan Jawa. Lebih lanjut, istilah ini merujuk pada segala hal yang memiliki hubungan dengan kepercayaan maupun adat-istiadat yang berkembang di masyarakat Jawa. Dari segi filsafat, kejawen menghadirkan ajaran-ajaran tertentu yang tujuannya menggiring manusia untuk memiliki tata krama, nilai-nilai luhur, serta cara pandang ketuhanan yang beradab.
Dengan masuknya berbagai aliran keagamaan di masyarakat Jawa dalam rentang periode yang lama, kepercayaan kejawen mengalami akulturasi dengan berbagai agama lain. Salah satu aliran yang paling populer adalah Islam kejawen. Aliran kepercayaan ini memadukan nilai-nilai agama Islam dengan kebudayaan asli yang telah dimiliki masyarakat Jawa sejak dahulu kala.
Macam-Macam Islam Kejawen
Seiring penyebarannya di masyarakat Jawa, Islam kejawen berkembang menjadi ratusan aliran dan cabang. Beberapa aliran yang masih bertahan hingga saat ini adalah Sapta Dharma, Abangan, Sumarah, Maneges, Pangestu, Kawruh Begia, dan Padepokan Cakrakembang.
Macam-macam Islam kejawen juga dapat dilihat dari keilmuan yang dipelajari oleh para pengikutnya. Cabang keilmuan tersebut meliputi:
- Ilmu Kanuragan atau Ilmu Kebal yang merupakan ilmu kekuatan serta bela diri dengan melibatkan kekuatan supernatural.
- Ilmu Kawibawaan atau Pengasihan yang memiliki pengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan manusia. Ilmu ini kerap digunakan untuk menciptakan wibawa atau menarik perhatian orang lain dalam hal asmara.
- Ilmu Trawangan dan Ngrogosukmo, yakni dua tingkatan ilmu yang berhubungan dengan mata batin. Pemilik ilmu Trawangan mampu menajamkan mata batinnya, sedangkan mereka yang sudah mampu mencapai tingkatan Ngrogosukmo akan memiliki kemampuan untuk melepaskan rohnya demi tujuan tertentu.
Konsep Ketuhanan dalam Islam Kejawen
Menurut kepercayaan Islam kejawen, Tuhan digambarkan berada pada hidup manusia dan hidup manusia merupakan bagian dari sifat tuhan. Jadi, dapat dikatakan jika unsur jasmani dan rohani manusia berasal dari Tuhan.
Kepercayaan ini juga meyakini bahwa ada paham kesatuan antara manusia dan Tuhan. Manusia berasal dari Tuhan, maka mereka harus berusaha untuk dapat kembali dengan Tuhan. Paham tersebut dikenal dengan konsep manunggaling kawula gusti, yaitu bersatunya manusia dan Tuhan. Kesatuan kembali antara manusia dan Tuhan di dunia bisa dicapai melalui penghayatan mistik dengan jalan semedi.
Selanjutnya, hubungan antara manusia dan tuhan disebut roro ning tunggal, atau dua menjadi satu: Tuhan yang wajib disembah dan manusia yang wajib menyembah. Konsep ini berbeda dengan ajaran Al-quran.
Tuhan dalam Al-quran bersifat transenden, yakni berada di luar dan mengatasi alam semesta. Sementara itu, Islam kejawen menganggap Tuhan bersifat imanen, yakni berada di dalam diri manusia. Al-quran mengajarkan paham tanzih yang menyucikan Tuhan dari keserupaan dengan makhluknya, sedangkan kejawen menganut konsep tasywih yang berarti keserupaan atau pembauran antara manusia dan Tuhan.
Ajaran Ilmu Makrifat
Islam kejawen juga berkaitan erat dengan ajaran ilmu makrifat. Namun, tidak semua orang boleh mengetahui ajaran ilmu ini. Sesuai dengan kepercayaan leluhur kejawen, tidak sembarang orang boleh diajari atau mempelajari ilmu ini karena sangat dirahasiakan.
Kata makrifat sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya mengenal atau mengetahui. Jika ditelusuri lebih jauh, maknanya berarti mengenal atau melihat dzat tuhan secara langsung dengan perantaraan mata hati. Jadi, bisa disimpulkan jika makrifat bukan dilakukan dengan perantaraan kesimpulan pemikiran dan bukan berdasarkan atas dalil kitab suci.
Penamaan ilmu makrifat sebenarnya berasal dari ajaran tasawuf. Ajaran ini juga mengajarkan empat tingkat hal: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat—seluruhnya termasuk ke dalam perbendaharaan kepustakaan kejawen. Ajaran tersebut selanjutnya menjadi sembah catur, yang terdiri dari sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa.
Ilmu makrifat dianggap sebagai ngelmu kasampurna, yakni ilmu yang membuat hidup manusia menjadi sempurna. Ilmu ini diajarkan dengan upacara tertentu dan sesajian sebagai kelengkapannya.
Islam Kejawen di Kehidupan Masyarakat Jawa
Masuk dan tersebarnya Islam kejawen di masyarakat Jawa tak lepas dari kepercayaan para leluhur. Sebelum masuknya pengaruh Hindu ke Nusantara, khususnya di tanah Jawa, kepercayaan animisme dan dinamisme berkembang pesat. Masyarakat Jawa dari berbagai kasta dan kalangan meyakini adanya roh nenek moyang serta kekuatan magis yang terdapat pada benda, tumbuhan, binatang, dan apa pun yang dianggap memiliki daya sakti.
Seiring waktu, agama dan kebudayaan Hindu masuk dan menyebar dari kaum bangsawan ke golongan awam. Kaum cerdik cendekia yang paham sansekerta kemudian menulis aksara menjadi bahasa Jawa hingga melahirkan kepustakaan Jawa yang terhubung dengan kepercayaan kejawen. Dengan adanya pustaka ini, masyarakat kian mudah menyesuaikan dengan hal baru.
Saat Kerajaan Majapahit runtuh, ajaran Islam menyebar. Namun, kepercayaan animisme dan dinamisme tetap tidak menghilang. Kondisi tersebut akhirnya memunculkan Islam kejawen, yakni ajaran Islam yang berpadu dengan mistikisme Jawa.
Baca juga: Wujudkan Sikap Toleransi Kepada Sesama, Apa yang Bisa Dilakukan?
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, Islam kejawen dalam kehidupan Jawa dianggap sebagai bagian dari kepribadian bangsa Indonesia. Pemaparan mengenai seluk-beluk kepercayaan ini bahkan diangkat dalam berbagai sumber pustaka. Salah satunya adalah buku karya Dr. Simuh berjudul Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi terhadap Serat Wirid Hidayat Jati.
Lewat buku ini, diperkenalkan bahwa Islam kejawen, ajaran Islam, dan kerohanian Jawa adalah unsur-unsur yang melengkapi satu sama lain. Kamu bisa mengeksplorasinya lebih jauh dengan menyimak rangkuman buku dan pembahasannya yang menarik di aplikasi Noice. Unduh Noice—rumah konten audio Indonesia di PlayStore dan AppStore sekarang juga untuk temukan berbagai konten menarik lainnya!