Makanan khas Jawa – Makanan khas Jawa tak pernah hanya sekadar makanan untuk memanjakan lidah. Makanan tradisional di Pulau Jawa juga digunakan sebagai salah satu media untuk menyampaikan suatu pesan. Maka, tak heran bila setiap makanan tradisional di pulau terpadat di Indonesia ini sarat akan filosofi. Apa saja makanan tersebut? Simak daftarnya berikut ini.
Makanan Khas Jawa dan Filosofi Maknanya
Tak hanya enak disantap, tujuh makanan khas Jawa ini juga sarat dengan makna filosofis, lho.
1. Klepon
Makanan tradisional Jawa yang satu ini masuk dalam kategori jajanan pasar. Klepon terbuat dari tepung beras ketan yang biasanya diberi pewarna hijau dan dibentuk menjadi bola-bola kecil. Rasanya manis dan gurih karena diisi gula jawa dengan parutan kelapa di bagian luar.
Klepon merupakan singkatan dari kanti lelaku pesti ono yang berarti bila kita menjalani hidup prihatin, pasti akan ada jalan keluar. Orang Jawa mengambil makna ini dari proses pembuatan kue klepon yang tak bisa dibilang mudah.
Sementara melansir buku Etnografi Kuliner: Makanan dan Identitas Nasional, klepon melambangkan kesuburan dan kesederhanaan. Sebab itu, makanan tradisional Jawa ini kerap dihidangkan sebagai kudapan di acara tasyakuran.
2. Tumpeng
Merupakan nasi yang dibentuk kerucut yang disajikan bersama lauk-pauk di sekelilingnya. Hidangan ini kerap dijumpai pada acara syukuran atau selamatan masyarakat Jawa, seperti ulang tahun, kelahiran, pembangunan rumah, dan pernikahan.
Melansir buku Belajar dari Makanan Tradisional Jawa, nasi tumpeng ternyata merupakan singkatan dalam bahasa Jawa yang berbunyi metu dalan kan lempeng. Artinya, manusia harus menjalani kehidupan di jalan yang tepat, yakni di jalan Tuhan dengan penuh keyakinan, semangat, dan fokus.
Bentuk kerucut dari makanan khas Jawa ini merupakan lambang dari sifat alam semesta dan manusia yang selalu berawal dan berakhir pada Sang Pencipta. Bentuk ini juga melambangkan sebuah harapan agar kehidupan yang dijalani seseorang selalu meningkat menjadi lebih baik.
3. Ketupat
Berbicara soal ketupat, pasti kamu akan langsung mengaitkannya dengan perayaan Idul Fitri. Benar, makanan berbahan dasar besar ini memang menjadi hidangan wajib hari lebaran di mana umat muslim, khususnya di Indonesia, saling bermaaf-maafan. Hal tersebut tak jauh dari kepanjangan kata ketupat, yakni ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
Ada pula yang mengartikannya dengan laku papat yang berarti empat tindakan. Empat tindakan yang dimaksud adalah lebaran, leburan, luberan, dan laburan. Lebaran berasal dari kata lebar yang berarti telah tuntas dalam menjalankan ibadah puasa. Sementara, luberan berasal dari kata luber atau meluap, yang artinya mengingatkan untuk meluapkan atau berbagai rezeki.
Sementara, luberan menyimpan makna meleburkan segala kesalahan. Terakhir, kata laburan memiliki arti meleburkan atau menyucikan diri dengan membangun lembaran baru yang lebih baik. Secara garis besar, keempat makna ini sangat erat kaitannya dengan filosofi Idul Fitri. Jadi, masuk akal bila dari makanan khas daerah Jawa selalu ada pada hari raya.
4. Lemper
Makanan Jawa yang satu ini masuk dalam kategori jajanan pasar. Panganan ini terbuat dari beras ketan yang di dalamnya diisi dengan abon, daging ayam cincang, atau daging sapi cincang. Biasanya disajikan pada acara pernikahan, khitanan, atau bahkan pada acara-acara pertemuan.
Kata lemper sendiri merupakan singkatan dari yen dielem atimu ojo memper, yang berarti jangan berbangga diri saat dipuji orang lain. Makna tersebut mengajarkan manusia untuk senantiasa menjaga sikap rendah hati karena banyak orang yang jauh lebih hebat dari kita di luar sana.
Sementara melansir dari buku Belajar dari Makanan Tradisional Jawa, beras ketan yang menjadi bahan dasar lemper melambangkan persaudaraan. Teksturnya yang lengket menyimbolkan hubungan persaudaraan yang erat. Filosofi dari makanan khas Jawa yang satu ini mengajarkan manusia untuk selalu menjaga ikatan persaudaraan.
5. Sego Wiwit
Sego wiwit merupakan hidangan khas Jawa yang terdiri dari nasi putih, urap, sayur kluwih, telur rebus, tahu dan tempe goreng, rempeyek teri atau tempe, dan ikan asin. Di beberapa daerah, hidangan ini biasanya juga dilengkapi dengan jajanan pasar, pisang, dan ayam ingkung.
Hidangan ini disajikan pada tradisi wiwit, yakni tradisi penyambutan masa panen padi di Jawa. Melansir buku Belajar dari Makanan Tradisional Jawa, produk kebudayaan ini masih langgeng dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Tujuannya tak lain adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas panen yang melimpah.
Sego wiwit umumnya disantap bersama di tengah sawah yang akan dipanen. Sebelum makanan khas Jawa tersebut bisa dinikmati, pemilih lahan terlebih dahulu membacakan doa dan ucapan syukur. Lalu dilanjutkan dengan memotong padi pertama sebagai tanda bahwa panen dapat segera dimulai.
6. Apem
Salah satu penganan yang cukup legendaris di Jawa. Terbuat dari tepung beras, terigu, kelapa, gula jawa, serta bahan lainnya, makanan ini terkenal dengan rasanya yang legit. Selain nikmat, kue apem juga menyimpan nilai budaya yang menarik.
Melansir buku Belajar dari Makanan Tradisional Jawa, apem pertama kali diperkenalkan oleh Ki Ageng Gribig sepulangnya dari ibadah haji. Ia merupakan seorang pendakwah dan keturunan Prabu Brawijaya.
Kata apem sendiri dipercaya berasal dari bahasa Arab, yakni affuwun atau afwan yang berarti ampunan atau maaf. Masyarakat Jawa pada zaman dahulu kesulitan untuk mengucapkan kata tersebut dalam bahasa Arab hingga akhirnya disebut apem. Berbicara soal makna, makanan khas Jawa ini disebut sebagai simbol permohonan ampun pada Yang Maha Kuasa.
7. Jenang
Merupakan makanan yang sudah eksis di kalangan masyarakat Jawa sejak zaman Hindu-Budha. Jenis jenang sangat beragam, mulai dari jenang sumsum, procotan, abang putih, jenang ireng, dan masih banyak lagi. Sajian bercita rasa gurih atau manis ini kerap dihidangkan pada berbagai perayaan, seperti selamatan ibu hamil, pernikahan, selamatan bayi lahir, dan lain-lain.
Sama seperti kuliner khas Jawa lainnya, jenang juga memiliki filosofinya sendiri. Misalnya, jenang sumsum yang terbuat dari beras kutih dengan topping gula merah cair. Warna putih penganan ini diyakini melambangkan kesejahteraan dan kebersihan hati. Biasanya disuguhkan pada acara pernikahan karena dipercaya bisa mendatangkan berkah bagi kedua pengantin.
Contoh lain adalah jenang ireng yang berbahan dasar beras ketan hitam dan disajikan dengan kuah santan. Makanan ini disajikan pada acara selamatan ibu hamil dan acara adat lainnya karena diyakini bisa mendatangkan berkah dan keselamatan bagi ibu yang mengandung.
Baca juga: Mitos Jawa yang Masih Dipercaya Hingga Saat Ini
8. Getuk
Getuk merupakan salah satu makanan khas suku Jawa yang digemari oleh semua kalangan karena rasanya yang manis dan gurih. Selain itu, warnanya yang bermacam-macam dan mencolok juga menjadi daya tarik tersendiri bagi. Getuk sendiri terbuat dari olahan singkong yang ditaburi dengan parutan kelapa.
Meskipun bahannya sederhana, namun getuk memiliki filosofi yang cukup mendalam. Singkong sebagai bahan utama ternyata menyimbolkan kesederhanaan, sedangkan parutan kelapa menyimbolkan kebermanfaatan untuk sekitar. Dengan demikian, getuk merepresentasikan makna sederhana dan kebermanfaatan manusia.
9. Wajik
Wajik merupakan makanan daerah Jawa yang terbuat dari campuran gula merah, santan kelapa, dan beras ketan yang memiliki cita rasa manis serta bertekstur agak lembek. Kue tradisional yang sudah jarang ditemukan ini ternyata memiliki filosofi yang cukup positif, sebab wajik berasal dari istilah “wani tumindak becik” yang berarti berani berbuat baik. Dengan demikian, kue ini secara tidak langsung mengajarkan kita untuk terus berbuat baik kepada sesama.
10. Lepet
Lepet merupakan salah satu masakan Jawa Tengah yang sering dijumpai ketika lebaran. Terbuat dari beras ketan yang diisi kacang lalu dimasak di dalam santan. Perbedaannya dengan ketupat, lepet dibungkus oleh janur muda secara memanjang.
Lepet ternyata memiliki filosofi yang cukup mendalam di budaya Jawa. Lepet diambil dari istilah “Elek e disimpen sing rapet” yang memiliki arti kejelekannya disimpan dengan rapat. Hal tersebut memiliki makna bahwa kejelekan atau aib seseorang janganlah diumbar dan harus ditutup rapat-rapat.
11. Iwel-Iwel
Di Indonesia, hari kelahiran seorang bayi seringkali dirayakan dengan berbagai acara atau ritual. Bahkan di daerah Jawa ada kue tradisional yang dibuat khusus untuk acara selamatan atas kelahiran bayi
Kue tersebut bernama iwel-iwel yang terbuat dari tepung beras ketan dan berisi parutan kelapa yang disiram gula merah. Nama iwel-iwel sendiri diyakini diambil dari potongan doa kepada orang tua yaitu “Liwalidayya”. Dengan harapan, bayi yang lahir akan lengket dengan orang tuanya sebagaimana tekstur dari kue iwel-iwel.
12. Sayur Lodeh
Sayur lodeh merupakan salah satu nama makanan khas Indonesia yang banyak dikonsumsi. Rasanya yang nikmat ditambah bermacam-macam sayuran di dalamnya membuat sayur menjadi favorit berbagai kalangan. Namun di balik kenikmatannya, sayur lodeh memiliki makna yang mendalam.
Pemilihan 12 macam sayur yang ada di dalamnya bukan tanpa alasan, 12 merupakan bentuk dari angka 1 dan 2 yang apabila ditambah maka menghasilkan angka 3. Dalam filosofi Jawa, angka 3 berarti upaya pencarian perlindungan dari Sang Pencipta. Selain itu, santan yang ada di makanan ini juga merupakan simbol dari penawar racun duniawi..
13. Lontong
Lontong merupakan salah satu masakan khas di Indonesia, sebab hampir setiap tahun masyarakat kita memakannya saat momen Hari Raya Lebaran. Tidak hanya saat lebaran, lontong juga biasa dimakan sebagai pendamping makanan lain seperti ketoprak, sate, hingga rujak cingur.
Tekstur lontong yang lunak ternyata melambangkan sesuatu, yakni hati seseorang apabila tidak keras maka akan mudah menerima masukan dari orang lain. Selain itu, lontong juga ternyata merupakan singkatan dari istilah “olone dadi kothong” yang berarti kejelekannya sudah hilang. Hal tersebut secara tidak langsung berkaitan dengan Hari Raya Lebaran yang bermakna kembali ke fitrah.
14. Kolak
Kolak merupakan salah satu makanan suku Jawa yang sering disajikan pada bulan Ramadhan. Makanan ini berbahan dasar ubi jalar atau pisang yang direbus dengan campuran santan dan gula aren. Rasanya yang manis membuat kolak menjadi makanan yang disukai banyak orang.
Nama kolak diyakini berasal dari kata khaliq yang memiliki arti “Sang Pencipta”. Maksud dari pemberian nama ini adalah agar yang memakannya senantiasa untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Baca juga: Menyelisik Mistik Islam Kejawen di Masyarakat Jawa
Itulah tujuh makanan khas Jawa yang sarat dengan makna. Buat kamu yang pengen tahu lebih banyak tentang kuliner Indonesia, seperti rempah-rempah asli Tanah Air, kamu bisa dengerin audiobook Rumah di Tanah Rempah hanya di Noice. Tunggu apa lagi, yuk unduh aplikasi Noice secara gratis di Play Store atau AppStore buat dengerin konten-konten audio original lainnya.