Mencari Pasangan Hidup – Bagi para lajang, ditanya terus menerus soal calon pasangan tentu bikin jengah. Baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama merasa nggak nyaman ketika pertanyaan jodoh mengemuka.
Namun, budaya patriarki yang begitu kuat membuat pandangan mencari pasangan hidup tampak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, perempuan usia 30 tahun belum menikah kerap disinggung, “Jangan terlalu fokus ngejar karier, nanti laki-laki nggak ada yang mau lho.” Sementara, laki-laki lajang di usia yang sama dianggap wajar demi membangun karier untuk masa depan cerah.
Itu baru sebagian saja lho, masih banyak pandangan lain yang terkesan bias gender. Padahal, laki-laki dan perempuan sama-sama punya hak memilih pasangan dengan kriteria serupa. Situasi demikian cukup menggelitik, mengingat doa menjadi keluarga sakinah hanya dapat terwujud jika keluarga digawangi oleh suami saleh dan istri salehah.
Mencari Jodoh dengan Prinsip Kesetaraan
Pertanyaan berikutnya, bagaimana sebenarnya tuntunan hadis dalam Islam untuk mencari pasangan hidup? Mari simak ulasan berikut.
Urusan jodoh yang bias gender
Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, pengajar Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur membuat ulasan menarik bagaimana berbagai hadis perihal pasangan hidup ditafsirkan terlalu polos oleh sebagian besar kalangan. Terlihat bagaimana budaya patriarki begitu mengakar hingga mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam berbagai hal. Bahkan, memilih pasangan pun terkesan bias gender.
Alhasil, penafsiran teks-teks agama yang tertera dalam Al-Quran dan hadis pun menjadi kurang objektif. Misalnya, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA ketika Rasulullah bersabda demikian:
Kata al-mar’atu yang berarti perempuan memang tertera jelas dalam hadis di atas. Namun, hal itu justru tidak dimaknai sebatas perempuan saja tanpa memandang keberadaan laki-laki. Ada frasa berbunyi relasi suami istri atau al-’alaqah az-zaujiyyah yang bermakna kedua-duanya, baik suami dan istri.
Maka, kriteria yang disampaikan Nabi Muhammad Saw. di atas juga berlaku bagi perempuan dalam memilih mana laki-laki yang layak bersanding dengannya. Memilih pasangan perlu fokus pada kualitas keberagamaan seseorang karena itu akan berpengaruh pada baik hartanya, nasabnya, serta ketampanan atau kecantikan yang dipunyai.
Baca Juga: Cara Move On Dari Mantan, Dijamin Ampuh!
4 Tuntunan Islam dalam Memilih Pasangan
Kesetaraan Memilih Pasangan dalam Islam
Semua manusia sama-sama berhak menentukan pilihan terbaik dalam mencari pendamping yang tepat, sebagaimana dijelaskan pada poin-poin berikut.
Analogi wadah dan air
Bayangkan relasi suami istri ibarat wadah dan air. Suami adalah air dan istri menjadi wadah. Bayangkan jika kamu mempunyai wadah bagus, berhiaskan permata di sekelilingnya, berbentuk molek, dengan motif dan warna indah. Apakah kamu mau mengisi wadah itu dengan air dari sungai tercemar dan bau?
Begitu pula sebaliknya. Pasti kamu tidak mau menempatkan air zam-zam yang mulia dan suci ke dalam wadah kotor, tidak terurus, dan berbau tidak sedap. Paling tidak, kamu akan berusaha mencuci wadah kotor tersebut atau menyuling air tercemar hingga sama-sama bersih dan layak. Nah, analogi wadah dan air dirasa tepat untuk memahami substansi asas kesetaraan relasi berumah tangga dalam berbagai hadis yang selama ini dikenal.
Hadis yang menguatkan
Menariknya, analogi wadah dan air berasal dari hadis dalam Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratil ‘Ain halaman 99 yang dikutip oleh Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibri, yaitu:
Hadis serupa dengan bahasa sedikit berbeda bisa kamu temukan pada kitab al-Bujairami dan berbunyi:
Kedua hadis tersebut perlu dimaknai tanpa bias gender, tetapi atas dasar asas kesetaraan atau musyarakah atau mubadalah. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. sejatinya telah diciptakan berpasang-pasangan guna mencapai khair ummah, atau melahirkan keturunan serta generasi-generasi terbaik selanjutnya.
Di sisi lain, Imam al-Bukhari menuliskan satu bab tentang bagaimana perempuan boleh ‘menawarkan dirinya’ agar dinikahi lelaki saleh. Hal ini tercantum dalam Shahih al-Bukhari halaman 964 yang menyatakan bagaimana syariat mengapresiasi perempuan untuk memilih lelaki saleh saat mencari pasangan hidup.
Prinsip kesalingan
Berbagai hadis tentang cara mencari pasangan perlu dimaknai dengan menerapkan prinsip kesalingan atau qira’ah mubaadalah. Perspektif ini akan membantu pemahaman dan pendalaman teks-teks primer sebagai suatu rahmat untuk laki-laki dan perempuan.
Kita perlu mendalami makna universal atas sebuah teks, khususnya esensi pernikahan. Ingat, bahwa pernikahan ideal dibangun atas hubungan kemitraan yang baik, saling mendukung, bekerja sama, dan mengoptimalkan potensi diri guna mencapai kesejahteraan dan kemaslahatan rumah tangga.
Kriteria Pasangan Hidup
Berikutnya, bagaimana cara kita menurunkan gagasan dalam teks suatu hadis pada jenis kelamin yang belum disebutkan. Jadikan kata kerja sebagai objek primer, seperti dalam hadis Abu Hurairah RA yang mensyaratkan empat kriteria mencari pasangan hidup sesuai sabda Rasulullah.
Perintah untuk menikah atau tunkahu yang muncul dalam hadis itu perlu dimaknai sebagai cara mencari pasangan yang berlaku untuk laki-laki dan perempuan. Adapun tuntunan kriteria pasangan hidup seperti yang dituturkan oleh Nabi Muhammad Saw. adalah:
Faktor harta
Laki-laki dan perempuan sama-sama disarankan mencari pasangan dengan memandang harta yang dimiliki calon pasangan. Bukan berarti materialistis lho, tetapi ini penting untuk mengukur kemampuan finansial sang calon sehingga kamu bisa membina rumah tangga dan mampu memenuhi kebutuhan hidup dasar dengan layak.
Faktor nasab
Seberapa kenal kamu dengan keluarga calon pasangan? Seperti apa ayah dan ibu pasangan, bagaimana budaya dalam keluarga, serta latar belakang lain yang dapat membantumu menilai nasab seseorang. Tentu saja ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan agar sama-sama jelas dengan siapa kamu akan menghabiskan sisa hidup bersama.
Faktor fisik dan psikis
Meski dalam hadis tertulis kecantikan, coba maknai sebagai keindahan fisik dan psikis seseorang. Laki-laki dan perempuan sama-sama harus bersikap kritis saat memilih pasangan. Bukan cuma rupawan, tetapi juga cermati bagaimana kualitas diri yang dimiliki.
Faktor agama
Faktor agama disebut terakhir, tetapi yang terpenting. Rasulullah menyebutkan sebaiknya laki-laki dan perempuan menjadikan din atau agama sebagai tujuan utama pernikahan. Li diniha berarti bagaimana kamu memilih pasangan hidup yang selalu ingin berbuat kebajikan bagi keluarganya, yang berasal dari keimanan atas Allah dan tanggung jawab kemanusiaan.
Baca Juga: Tanda-Tanda Ghosting yang Wajib Kamu Waspadai
Hakikat pernikahan ideal terletak pada keseimbangan relasi yang berlandaskan kecocokan dan kenyamanan kedua belah pihak sehingga ketenteraman pun tercipta. Maka, baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama perlu memperbaiki, memantaskan, dan menyiapkan diri sebelum cari pasangan hidup sehingga benar-benar memperoleh jodoh terbaik di waktu yang tepat.
Bagaimana dengan kamu? Sudahkah kamu menimbang empat faktor di atas dalam mencari pasangan hidup? Coba dengerin podcast Kajian Ustadz Das’ad Latif berjudul 4 Tuntunan Islam dalam Memilih Pasangan di Noice sebagai bahan refleksi dalam perjalanan mencari pasangan hidup. Langsung aja download Noice di PlayStore atau AppStore sekarang dan nikmati ribuan konten audio gratis menarik hanya di Rumah Konten Audio Indonesia.
4 Tuntunan Islam dalam Memilih Pasangan