Gangguan mental hewan – Kita tahu bahwa manusia bisa menderita gangguan mental, tetapi bagaimana dengan hewan? Jika pernah melihat gelagat kucingmu yang aneh saat menerima sentuhan atau anjing mengalami depresi, itu bisa menjadi tanda-tanda gangguan mental hewan. Hal ini disetujui oleh banyak dokter atau ahli psikologi hewan.
Hanya saja, proses gangguan mental pada manusia sering kali merupakan hasil dari zat kimia dalam otak. Sebaliknya, hewan mengalami ciri-ciri gangguan mental ketika diperlakukan semena-mena atau saat mereka tidak memperoleh apa yang dicari atau diinginkan. Bisa jadi, hal ini yang menjadi alasan hewan-hewan rumahan lebih kompulsif daripada binatang di alam liar.
Penasaran seperti apa hewan-hewan yang mengalami gangguan mental? Berikut beberapa fakta yang bisa kamu simak!
1. Hewan bisa menderita depresi
Hewan bisa depresi? Hal ini bisa jadi membuatmu terkejut. Depresi hewan bisa disebabkan oleh ketidakmampuan untuk kabur dari kekerasan, masalah yang tidak kunjung selesai, dan kurang makan. Tanda-tanda gangguan mental hewan ini bisa terjadi pada spesies mana pun, tetapi hanya beberapa yang terlihat menonjol.
Sebagai contoh, kamu bisa lihat kasus Arturo, beruang kutub tersedih di dunia. Arturo mati di dalam kurungan pada 2016 dan tahun-tahun terakhirnya hanya diisi dengan mondar-mandir tanpa tujuan. Dia juga sering terlihat bergoyang-goyang ke sana kemari dan menunjukkan tanda-tanda tidak nyaman dengan memperlihatkan giginya.
Meski banyak yang berpendapat bahwa gejala ini diakibatkan oleh usianya, kondisi tempat tinggal Arturo terbilang kurang layak. Dia tinggal di tengah terik musim panas Argentina yang bersuhu 30 derajat Celsius. Arturo juga kemungkinan putus asa karena ditinggal mati oleh pendamping hidupnya, Pelusa, pada 2012. Jelang kematiannya, beruang kutub ini kehilangan nafsu makan dan berat badannya turun drastis.
2. Depresi dapat mendorong hewan bunuh diri
Berdasarkan pengamatan seorang pelatih lumba-lumba, Richard O’Barry, dia menyaksikan seekor lumba-lumba yang sengaja bunuh diri. Gangguan mental hewan ini dipicu oleh depresi akibat penahanan dan perawatan yang tidak tepat.
O’Barry melihat si lumba-lumba betina sering mengambang di permukaan air tanpa bergerak sedikit pun, menyebabkan sirip punggungnya terkulai ke satu sisi dan kulitnya menggelap karena terbakar sinar matahari. Saat akhir hayatnya, si lumba-lumba betina mendekat dan menatap O’Barry, lalu mengambil napas dan tenggelam ke dasar tangki.
3. Pola makan yang buruk membuat hewan mengalami anoreksia
Gangguan makan pada manusia biasanya sulit didiagnosis karena penyebabnya cenderung personal. Namun, umumnya, penderita terpengaruh oleh idealisme sosial dan budaya, atau hal-hal yang dipercayai sebagai sesuatu yang tampak bagus di mata manusia. Menariknya, babi juga bisa mengalami gangguan makan dengan alasan yang sama dengan manusia, lo!
Akibat banyaknya permintaan daging rendah lemak, para peternak ditekan untuk mengembangbiakkan babi yang lebih ramping dari biasanya. Hasilnya, sebagian babi menderita anoreksia. Gangguan mental hewan ini dipicu saat babi harus berkompetisi untuk berebut makanan. Babi yang mengalami anoreksia cenderung hiperaktif dan tidak birahi.
Baca Juga: Semua yang Perlu Kamu Tahu tentang Obsessive Compulsive Disorder atau Penyakit OCD
Ide Pokok “Animal Madness”
4. PTSD rentan dialami oleh anjing militer
Tahukah kamu bahwa 5–10 persen anjing militer dapat menunjukkan gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)? Gangguan mental hewan ini sebenarnya sudah diketahui sejak 1980-an, tetapi baru benar-benar resmi diketahui oleh militer pada 2010. Kasus PTSD terjadi pada Gina, seekor anjing shepherd Jerman berumur 2 tahun, yang ditugaskan di kemiliteran Irak. Setelah 6 bulan bertugas, Gina pensiun dari tugasnya karena panik dan gelisah akibat peperangan.
5. Kecenderungan OCD pada hewan akibat tingkat kecemasan dan stres
Tidak percaya kalau gangguan mental hewan ini nyata? Kamu bisa melihat kasus orca, paus pembunuh, yang tinggal di akuarium SeaWorld San Diego. Ketika bosan, para orca sering bermain, melahap, dan memuntahkan makanan mereka secara kompulsif dan berulang-ulang. Kondisi ini adalah masalah kronis yang banyak diderita paus pembunuh apabila mereka ditahan dalam akuarium. Sayangnya, kebiasaan ini tidak baik untuk kesehatan orca karena bisa merusak esofagus, mengikis gigi, dan mengakibatkan malnutrisi atau penurunan bobot drastis.
Selain memuntahkan makanan, orca dalam akuarium juga sering membenturkan kepala ke lantai atau dinding tangki secara obsesif. Kebiasaan ini membuat mereka berdarah dan luka-luka. Salah satu kasus yang berkaitan dialami oleh orca muda, Antonio, di SeaWorld. Meski sudah babak belur hingga tidak bisa membuka mulut untuk makan, dia tetap membenturkan kepalanya.
6. Hewan bisa mengalami autisme
Sebagian hewan bisa menunjukkan gejala autisme. Fobia ekstrem, berputar-putar berulang kali, menatap kosong, dan menghindari interaksi sosial ternyata dialami oleh sebagian anjing. Tidak hanya menampakkan gejala, anjing autis ternyata memiliki kadar neurotensin dan hormon corticotropin-releasing yang tinggi, sama halnya dengan anak-anak autis.
7. Masalah kesehatan dapat mendorong kecemasan pada hewan
Terakhir, kucing dan anjing sering didiagnosis menderita GAD (Generalized Anxiety Disorder). Gangguan pada mental hewan berupa kecemasan ini menyebabkan mereka mondar-mandir, gemetar, bersembunyi, tersengal-sengal, memegangi telinga dan mulut, atau malah diam saja. Adapun kuda yang rentan mengalami kecemasan, yang menyebabkannya menggertakkan gigi terus-menerus.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Hewan Peliharaan Unik dan Menggemaskan
Itulah fakta-fakta gangguan mental hewan yang patut kamu ketahui. Ternyata, hewan sama halnya dengan manusia, bisa mengalami permasalahan mental. Oleh karena itu, perlakukan hewan sebaik mungkin supaya mereka merasa aman dan bisa hidup dengan nyaman.
Sebenarnya, tidak ada cabang etologi, psikologi, neuroscience, atau ekologi alam liar yang didedikasikan untuk menginvestigasi penyakit mental hewan. Namun, kalau ingin belajar lebih lanjut tentang topik kali ini, kamu bisa dengarkan audiobook karya Laurel Braitman, “Animal Madness”, di Noice. Buku ini memiliki episode tentang macam-macam gangguan mental yang bisa dialami oleh hewan.
Belum tahu cara menggunakan Noice? Unduh aplikasinya di PlayStore dan AppStore atau akses pemutar konten audio Indonesia versi web!
Ide Pokok “Animal Madness”