Diversifikasi Investasi – Tidak ada jaminan bahwa suatu investasi lebih baik dari yang lainnya. Alasannya, setiap jenis investasi menawarkan keunggulan dan kekurangan masing-masing. Meski kamu, sebagai investor, sudah melakukan analisis, akan selalu ada risiko suatu saat analisis tersebut melenceng.
Demi memaksimalkan peluang keuntungan sekaligus menekan risiko kerugian, kamu perlu melakukan diversifikasi. Strategi ini membantu kamu mengamankan nilai portofolio saat ada aset atau instrumen yang performanya sedang turun.
Apa sebenarnya diversifikasi itu dan kapan kamu memerlukannya? Berikut ulasan singkat tentang semua hal penting yang perlu kamu ketahui dan pahami.
Apa itu Diversifikasi Investasi?
Kamu pasti pernah mendengar kutipan populer tentang investasi ini: “Jangan menaruh semua telur pada satu keranjang” yang maksudnya bila keranjang tersebut jatuh, maka semua telur akan pecah bersamaan.
Nah, sebagai investor, kamu perlu pintar menempatkan aset atau dana investasi ke dalam instrumen yang berbeda-beda. Dengan demikian, ketika nilai aset pada satu investasi mengalami penurunan, total investasi yang kamu miliki tidak akan terpengaruh secara signifikan.
Diversifikasi termasuk salah satu strategi dalam manajemen risiko dan umum dilakukan dalam investasi saham atau pasar modal. Mengutip Collins Dictionary, istilah ini merupakan praktik memvariasikan/menggabungkan/memadukan produk, usaha, jenis aset, jenis investasi, dan sebagainya dengan tujuan menekan risiko kerugian.
Sederhananya, diversifikasi adalah strategi untuk tidak menaruh semua dana pada instrumen yang menawarkan tingkat risiko dan volatilitas yang sama.
Kapan Perlu Diversifikasi?
Diversifikasi bisa kamu lakukan segera setelah mulai menekuni dunia investasi. Umumnya, diversifikasi dilakukan pada dua atau lebih instrumen yang berbanding terbalik. Dengan begitu, ketika investasi A sedang mengalami penurunan, sebaliknya investasi B sedang meningkat.
Selain menjauhkan dari kebiasaan menaruh telur dalam satu keranjang, diversifikasi investasi dibutuhkan terutama untuk menghadapi kondisi-kondisi yang tak bisa kamu prediksi. Misalnya, saat terjadi economic shock pada 2008, 2015, atau 2020 lalu.
Baca Juga: Cara Mengatur Keuangan Keluarga dengan Mudah
Cara Diversifikasi Saham Yang Ideal
by Podcast Ternak Uang (feat. Iwan)
Cara Diversifikasi Investasi
Simak langkah apa saja yang penting dilakukan untuk diversifikasi aset kamu:
1. Pahami Dulu Risk Tolerance Kamu
Ini merujuk pada batas tingkat risiko yang sanggup kamu ambil dan terima. Catat dan pelajari lebih lanjut riwayat investasi kamu, mulai dari berapa banyak dana yang akan dikucurkan atau dialokasikan untuk satu instrumen, berapa jangka waktu investasinya, serta berapa persentase risiko kerugian yang sanggup kamu tanggung.
2. Tentukan Target Keuntungan
Berapa banyak keuntungan yang kamu inginkan? Buatlah target ini di awal, karena bisa memudahkan kamu membuat keputusan ketika bertransaksi nanti. Dari sini, selanjutnya kamu perlu menyesuaikannya lagi dengan risk tolerance agar tidak menjadi berat sebelah.
3. Pilih Instrumen Investasi yang Tepat
Investor dengan risk tolerance tinggi biasanya memilih target investasi yang profil pengembalian risikonya lebih tinggi. Sementara itu, investor yang toleransi risikonya rendah cenderung memilih instrumen investasi yang aman dengan volatilitas rendah.
Demi mencapai untung maksimal, kamu perlu mengalokasikan sebagian portofolio ke kelas aset yang tidak saling terkait.
4. Rebalancing
Kamu perlu melakukan rebalancing secara rutin. Rebalancing adalah proses penyelarasan atau penyeimbangan bobot aset yang kamu investasikan dalam portofolio. Dalam saham misalnya, hal ini bisa merujuk pada aktivitas menjual dan membeli aset di dalam portofolio untuk menyeimbangkan tingkat alokasi aset sesuai rencana.
5. Analisis
Setiap aktivitas dalam investasi tak lepas dari analisis untuk memastikan apakah alokasi dana yang hendak diversifikasi tepat atau tidak. Kamu harus mempelajari dan melihat bagaimana kinerja suatu aset di masa mendatang agar bisa memberi hasil maksimal.
Lakukan analisis dengan perhitungan yang jelas dan detail. Untuk mengembangkan kemampuan analisis, kamu bisa membaca artikel atau buku terkait instrumen yang akan diversifikasi, atau melakukan riset di internet serta menonton video yang relevan di YouTube.
6. Sesuaikan dengan Tujuan Finansialmu
Sudah seharusnya diversifikasi investasi itu sesuai dengan tujuan finansial, baik untuk jangka pendek, menengah, ataupun panjang. Bila prioritasmu adalah profit maksimal, maka fokuslah pada investasi jangka panjang seperti emas dan saham. Sementara itu, bila tujuan finansial kamu adalah menyiapkan dana pensiun, maka fokuslah pada instrumen investasi yang bisa memberi profit secara rutin.
7. Diversifikasi Tiap Investasi
Setelah memilih produk investasi, lakukan diversifikasi pada setiap investasi tersebut. Misalnya, kamu memilih investasi reksa dana, maka bagilah dana yang kamu miliki ke berbagai produk dalam reksa dana, seperti obligasi, pasar uang, dan saham. Bila ingin membuat portofolio yang lebih efektif, kamu bisa membagi investasi ke dalam beberapa jenis aset dengan karakter dan tingkat pengembalian yang berbeda.
Contoh Diversifikasi Investasi
Mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana menentukan persentase aset yang diversifikasi? Jawabannya, sesuaikan dengan kebutuhan serta faktor eksternal yang bisa memengaruhi portofolio.
Portofolio yang didiversifikasi terdiri dari gabungan beberapa jenis aset serta sarana investasi. Masih bingung? Simak beberapa contoh diversifikasi investasi di bawah ini:
- Bila kamu tipe investor dengan profil risiko agresif, tak ada salahnya mengalokasikan 60% aset untuk pasar saham, 15% untuk deposito, dan 35% untuk P2P Lending. Kamu juga bisa membuat alokasi aset 60% saham, 20% untuk Reksa Dana Campuran, dan 20% Obligasi.
- Bila profil risikomu adalah moderat, buat portofolio investasi dengan rasio alokasi aset 50%-50% pada saham dan Reksa Dana pendapatan tetap.
- Dengan profil risiko konservatif, kamu dapat menggabungkan investasi dengan persentase untuk saham 20%, untuk Reksa Dana Pasar Uang 60%, dan untuk Obligasi sebesar 20%.
Yang penting untuk diingat, kamu melakukan diversifikasi bukan untuk menghindari ataupun menghilangkan risiko. Namun, alokasi aset dilakukan untuk mengelola risiko agar potensi kerugian bisa diminimalisasi.
Baca Juga: Cara Memulai Investasi, Mulai Tahap Demi Tahap
Jangan ketinggalan untuk mengenal dan memahami lebih dalam tentang diversifikasi investasi, khususnya dalam dunia saham. Simak podcast Ternak Uang: “Gimana Cara Diversifikasi Saham yang Ideal?” di Noice. Masih belum punya aplikasi Noice? Unduh di PlayStore atau AppStore sekarang juga!